Ki Hajar Dewantara mendefinisikan Pendidikan sebagai tuntunan artinya
Ki Hajar Dewantara mendefinisikan Pendidikan sebagai tuntunan artinya
Menurut KHD, mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan rohani. Hal positif yang bisa diterapkan di kelas/sekolah sesuai dengan budaya Jawa/ orang Banyumas yang berkarakter seperti tokoh Banyumas yaitu Semar/ Bawor yang sifatnya adalah suka momong, walaupun sakti beliau tidak pernah sombong dan selalu memperhatikan akhlak yang mulia (memperhatikan tata krama terhadap orang tua, juga sayang terhadap yang lebih muda, dekat dengan Tuhan), bekerja itu tidak hanya mengandalkan otak semata,tetapi juga dengan kerja keras, maka dibutuhkan keterpaduan kerja otot dan otak untuk hasil yang maksima, rajin, suka bekerja keras dan cekatan
Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, berulang kali menekankan apa yang disebutnya 'kemerdekaan dalam belajar'. Dari berbagai literatur, gagasan ini boleh jadi bermula karena pria bernama Soewardi Surjaningrat itu menolak betul praktik pendidikan yang mengandalkan kekerasan dan berjuang menyebarkan konsep pendidikan ala 'Taman Siswa'
Pendidikan berasal dari bahasa Inggris Education. Dalam Oxford Learner’s Pocket Dictionary “process of teaching, training and learning”. Pendidikan menurut John Dewey adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan manusia.
Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dalam Bab III mengenai prinsip penyelenggaraan pendidikan pasal 4 ayat 1 dijelaskan bahwa “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjujung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM), nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”. Dan ayat 3 menjelaskan bahwa “pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat”.
Menurut Ki Hadjar Dewantara Pendidikan yaitu tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Kebudayaan berasal dari bahasa latin Culture yang berarti “mengusahakan”, mengusahakan untuk mendapatkan kemajuan kehidupan. Inti dari kebudayaan adalah manusia. Dengan kata lain kebudayaan adalah khas insani. Hanya manusia yang berbudaya dan membudaya. Dengan mengusahakan kehidupan yang lebih baik seseorang akan memerlukan pendidikan.
Pendidikan dan Kebudayaan terdapat hubungan yang saling berkaitan. Tidak ada kebudayaan tanpa pendidikan, begitu juga praksis pendidikan tidaklah stagnan, melainkan selalu berkembang dengan lingkup kebudayaan. Apabila kita ingin membangun kembali masyarakat Indonesia dari krisis globalisasi maka tugas tersebut menjadi tugas pembangunan kebudayaan kita.
Apabila diatas telah diuraikan bahwa pendidikan tidak terlepas dari kebudayaan, maka tidak dapat dibayangkan wajah pendidikan kita tanpa adanya kebudayaan. Dan apabila kita sepakat untuk mewujudkan suatu masyarakat serta bangsa Indonesia maka hal ini merupakan kewajiban kita untuk membentuk dan mengembangkan kebudayaan nasional. Pendidikan nasional tidak akan hidup tanpa kebudayaan nasional.
Ketika berbicara hakikat kebudayaan terlihat dengan jelas betapa besar peranan pendidikan dalam perkembangan dan matinya kebudayaan. Karena fungsi utama pendidikan adalah pelestarian kebudayaan dan ilmu, maka filsafat sebagai ilmu dan kerangka konseptual kebudayaan akan menjadi basis intelektual bagi penyusun konsep pendidikan dan penyelenggara proses belajar mengajar. Dalam rumusan hakikat kebudayaan dari beberapa tokoh diantaranya Tylor, Koentjaraningrat dan Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan. Dengan demikian tanpa proses pendidikan kedudukan kebudayaan tidak akan berkembang. Sangat jelas peranan pendidikan dalam kebudayaan, keduanya tidak terlepaskan antara pendidikan dan kebudayaan.
Kebudayaan nasional hari ini mendapatkan tantangan berat dengan era global dan teknologi, segala akses informasi antar Negara tidak ada penghalang, semua dengan mudahnya mendapatkan apa yang diinginkan. Apalagi anak-anak sudah banyak diberi kebebasan memegang Smartphone. Walaupun pada dasarnya tidak semua globalisasi membawa ke arah destruktif, tapi bagaimana budaya dari luar kita kemas dengan kearifan nasional. Begitu juga dalam pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang kebudayaan untuk selalu memelihara serta memajukan hidup manusia kearah keadaban. Oleh karena itu harus selalu diingat beberapa pemikirannya di bawah ini.
- Pemeliharaan kebudayaan harus bertujuan memajukan dan menyesuaikan kebudayaan dengan setiap pergantian alam dan zaman.
- Karena pengasingan (isolasi) kebudayaan menyebabkan kemunduran dan kematian, maka hubungan antara kebudayaan masyarakat harus selalu terjaga.
- Pembaharuan kebudayaan mengharuskan adanya hubungan dengan kebudayaan lain, untuk mengembangkan dan menyempurnakan atau memperkaya kebudayaan sendiri.
- Memasukan kebudayaan lain yang tidak sesuai dengan alam dan zamannya merupakan pergantian kebudayaan yang menyalahi tuntutan kodrat dan masyarakatnya, dan hal ini membahayakan.
- Kemajuan kebudyaan harus berupa kelanjutan langsung dari kebudayaan nasional (kontinuitas), menuju ke arah kesatuan kebudayaan dunia (konvergensi), dan tetap mempunyai sifat kepribadian didalam lingkungan kemanusiaan sedunia (konsentrisitas).
Posting Komentar